"Spin-off 'My Hero Academia: Vigilantes' Mengangkat Pahlawan Ilegal dalam Nuansa Komik Amerika Bergaya Jepang – Wawancara Eksklusif dengan Sutradara Kenichi Suzuki"
AnimeAnime My Hero Academia: Vigilantes ILLEGALS, spin-off resmi dari manga populer My Hero Academia karya Kohei Horikoshi, kini tayang di TOKYO MX, Yomiuri TV, dan saluran lainnya. Dengan naskah oleh Hideyuki Furuhashi dan ilustrasi oleh Betten Court, cerita ini berlatar beberapa tahun sebelum kisah utama My Hero Academia, menyoroti para pahlawan ilegal yang beroperasi di balik bayang-bayang masyarakat. Sutradara Kenichi Suzuki berbagi wawasan tentang proses produksi dan pendekatan unik dalam menggambarkan pahlawan ilegal dalam wawancara eksklusif ini.
🌟 Semangat "Pahlawan Ilegal" yang Tak Terlihat
My Hero Academia: Vigilantes sering disebut sebagai "kisah Deku yang tidak pernah bertemu All Might" atau "cerita Deku yang gagal masuk U.A. High School." Tokoh utamanya adalah Koichi Haimawari, seorang mahasiswa biasa; Pop☆Step, idola jalanan; dan Knuckleduster, mantan pahlawan yang kini menjadi "pembersih" kriminal. Sutradara Suzuki tertarik pada perjuangan mereka yang tidak mendapatkan sorotan, namun tetap berusaha keras untuk membantu orang lain.Mantan Web
"Setiap karakter memiliki motivasi sendiri dalam menjalani aktivitas vigilante mereka. Saya menyukai bagaimana mereka berkembang melalui pengalaman ini. Cerita ini terasa lebih dekat dengan kehidupan nyata, seperti seseorang yang terus bernyanyi di panggung kecil meskipun tidak pernah menjadi penyanyi terkenal."
Dalam adaptasi anime, Suzuki berusaha mempertahankan esensi dari manga, memperkuat emosi melalui suara, musik, dan animasi tanpa mengubah makna asli cerita.
🎨 Menggabungkan Estetika Komik Amerika dengan Sentuhan Jepang
Meskipun berbagi dunia yang sama dengan My Hero Academia, My Hero Academia: Vigilantes memiliki nuansa yang berbeda. Suzuki mengadopsi gaya komik Amerika, namun dengan pendekatan khas Jepang. Misalnya, ia menambahkan elemen-elemen seperti mesin penjual otomatis di latar belakang untuk menekankan setting Jepang."Saya membayangkan bagaimana jika komik Amerika dilihat melalui lensa Jepang. Dasarnya adalah Jepang, tetapi dengan lapisan gaya komik Amerika."
Sebagai penggemar Kamen Rider, Suzuki tertarik pada bagaimana pahlawan Jepang yang tumbuh besar dengan tontonan tersebut dapat berinteraksi dengan konsep pahlawan Amerika.
🌃 Keindahan Malam dan Realisme dalam Visual
Karena para vigilante beroperasi di malam hari, Suzuki memberikan perhatian khusus pada pencahayaan dan suasana malam. Ia ingin malam terlihat indah, dengan cahaya bulan, lampu kota, dan neon yang memukau. Pendekatannya lebih impresionistik, dengan fokus pada pencahayaan realistis meskipun detail gambar minimalis."Saya ingin malam terlihat indah, bukan sekadar gelap. Cahaya bulan, lampu kota, dan neon harus terlihat memukau. Saya berusaha menciptakan kesan seperti ilustrasi realistis dengan informasi visual yang minimal."
Selain itu, Suzuki menghindari tampilan yang terlalu cerah untuk membedakan Vigilante dari My Hero Academia. Ia menambahkan tekstur pada latar belakang dan menggunakan palet warna yang lebih suram untuk menciptakan atmosfer yang lebih realistis.
🏙️ Menciptakan Latar Belakang yang Otentik
Salah satu tantangan terbesar dalam produksi adalah menemukan lokasi yang sesuai untuk menggambarkan gang-gang sempit di Tokyo. Karena sulit menemukan lokasi yang tepat, tim produksi akhirnya menciptakan latar belakang tersebut secara digital."Tokyo tidak memiliki banyak gang sempit yang sesuai dengan yang kami bayangkan. Kami kesulitan menemukan lokasi yang tepat, jadi akhirnya kami membuatnya sendiri."
Untuk menambah keaslian, suara langkah kaki di gang-gang sempit dibuat berbeda dari suara di jalan utama, menambahkan lapisan realisme pada pengalaman menonton.
🎤 Musik, Tarian, dan Aksi yang Membumi
Suzuki menyoroti pentingnya musik dan tarian dalam My Hero Academia: Vigilantes, terutama melalui karakter Pop☆Step. Meskipun menantang, tim produksi berhasil menciptakan adegan-adegan musikal yang memukau."Pop☆Step banyak bernyanyi dan menari, yang cukup menantang, tetapi hasilnya memuaskan. Tim animasi bekerja keras untuk menghidupkan adegan-adegan tersebut."
Dalam hal aksi, Suzuki berusaha menjaga keseimbangan antara fantasi dan realisme, menciptakan adegan pertarungan yang terasa nyata dan membumi.